Jumat, 02 Februari 2018

GREEN CITY CONCEPT

Berdasarkan hasil penelitian dari IPCC (Intergovermental Panel on Climate Change) menggambarkan kondisi perubahan iklim yang terjadi saat ini, antara lain: a) Telah terjadi kenaikan suhu rata-rata sebesar 0,760C antara periode 1850-2005; b) 11 dari 12 tahun terakhir (1995-2007) merupakan tahun-tahun dengan rata-rata suhu terpanas sejak dilakukan pengukuran suhu pertama kali pada tahun 1850; c) Telah terjadi kenaikan permukaan air laut global rata-rata sebesar1,8mm/tahun antara 1961-2004; d) Polusi udara yang meningkat; e) Musim hujan yang tidak menentu; f) Telah terjadi kekeringan yang lebih intensif pada wilayah yang lebih luas sejak tahun 1970an, terutama didaerah tropis dan sub tropis.

Wildsmith (2009) menyatakan bahwa kota hijau (green city) adalah sebuah kota dengan kondisi ekosistem berkeseimbangan sehingga fungsi dan manfaatnya berkelanjutan. Kota Hijau merupakan respon terhadap isu perubahan iklim melalui tindakan adaptasi dan mitigasi. Dalam pengembangan Kota Hijau juga dimaksudkan pembangunan manusia kota yang berinisiatif dan bekerjasama dalam melakukan perubahan dan gerakan bersama seluruh unsur pemangku kepentingan kota.
Perwujudan kota hijau di jabarkan dalam delapan atribut kota hijau yang meliputi : (1) perencanaan dan perancangan kota yang ramah lingkungan (Green Planning and Design), (2) ketersediaan ruang terbuka hijau (Green Open Space), (3) konsumsi energi yang efisien (Green Energi), (4) pengelolaan air yang efektif (Green Water), (5) pengelolaan limbah dengan prinsip 3R (Green Waste), (6) bangunan hemat energi atau bangunan hijau (Green Building), (7) penerapan sistem transportasi yang berkelanjutan (Green Transportation), dan (8) peningkatan peran masyarakat sebagai komunitas hijau (Green Community).
Berikut ini beberapa pengertian Kota Hijau:
Kota yang Ramah Lingkungan dengan memanfaatkan secara efektif dan efisien sumberdaya air dan energy, mengurangi limbah, menerapkan system transportasi terpadu, menjamin kesehatan lingkungan, mensinergikan lingkungan alami dan buatan, berdasarkan perencanaan dan perancangan kota yang berpihak pada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. (diadaptasi dari www.unep.org/wed).
Pada jurnal ini penulis mengambil wilayah studi di Kota Bandung tepatnya di kecamatan Bandung Wetan dengan melakukan penelitan mengenai Peningkatan Kualitas Empat Atribut Green City. Empat atribut yang dimaksud adalah green open space, green transportation, green community, dan green waste.  
Untuk aspek green open space pada Kecamatan Bandung Wetan sendiri sekitar 13% dari luas lahan Kecamatan Bandung Wetan. Kemudian untuk aspek green transportation pada Kecamatan Bandung Wetan terdiri atas total 5.220m jalur hijau. Untuk aspek green community pada Kecamatan Bandung Wetan terdiri atas sekitar 8 kelompok yang bergerak pada kelestarian lingkungan. Untuk aspek green waste pada Kecamatan Bandung Wetan merupakan kegiatan yang menerapkan prinsip-prinsip 3R yang sudah berjalan di Kelurahan Tamansari.
Setelah melakukan analisis mengenai Green City pada Kecamatan Bandung Wetan diketahui bahwa untuk mencapai tujuan Green City masyarakat harus bekerja bersama untuk melakukan program-program yang sudah ditetapkan. Program-program yang utama adalah dengan penanaman pohon pada RTH guna menciptakan Green City. Penanaman pohon dilakukan untuk meredam kebisingan pada jalur kebisingan, melakukan kegiatan 3R pada setiap kelurahan, melakukan pengelolaan sampah dengan benar, dan lain sebagainya.

Artikel ini merupakan rangkuman penulis dari jurnal tentang Green City

GREEN MATERIAL


Mana yang benar, Green Material atau material ramah lingkungan? Keduanya sepertinya mirip. Tetapi, Green Material memiliki arti yang lebih luas dari sekedar ramah lingkungan. Pengertian material ramah lingkungan sendiri pada umumnya menyangkut dari sisi produk material itu sendiri. Bahwa, material ramah lingkungan adalah material yang pada saat digunakan dan dibuang, tidak memiliki potensi merusak lingkungan dan mengganggu kesehatan. Sedangkan, Green Material memiliki pengertian lebih besar selain hanya dari sisi produk materialnya saja yang ramah lingkungan. Tetapi, juga meninjau sumber materialnya apakah berkelanjutan? Apakah proses produksinya di pabrik juga ramah lingkungan? Apakah proses distribusinya jauh sehingga membuang banyak karbon? Apakah proses pemasangannya tidak membuang banyak sisa sampah? Apakah dapat mendukung penghematan energi ? Sehingga dalam perencanaan Green Building, material-material  Green dapat secara dinamis memberikan dampak terhadap penghematan listrik, penghematan air, meningkatkan kesehatan dan kenyamanan, dan efisiensi manajemen perawatan bangunannya.
Berikut adalah contoh dari green material :

1.       Genteng Sejuk
Genteng semen ijuk adalah genteng beton yang dibuat dengan campuran pasir, semen dan ijuk sebagai bahan pengisi.


Manfaat :
  1. Menunjang program pembangunan RS/RSS dan Rusun
  2. Menciptakan lapangan kerja
  3. Digunakan sebagai penutup atap
Spesifikasi Teknis :
Bahan baku : semen + ijuk + pasir
Ukuran : 38 x 23 x 1.2 cm
Berat : 2.5 kg/bh
Beban Lentur : 80 kg / cm2

2.       Genteng Limbah Batu Apung
Karakteristik bahan galian Batu Apung yang berongga dan porositasnya tinggi membuat sebagian orang berpendapat bahwa batu apung tidak dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan Genteng, akan tetapi unsur Kwarsa dalam Silika yang terkandung pada Batu Apung hingga mencapai 75 % sangat mendukung sebagai penetrasi cuaca panas, dimana sifat Silika akan melepaskan H2O (uap air) jika terkena panas.


3.       Papan Sekam Padi
Salah satu pengembangan bahan bangunan dari limbah sekam padi menjadi Papan Sekam Padi.


Manfaat
  • Menunjang program pembangunan RS/RSS dan Rusun
  • Mengurangi pencernaran lingkungan
  • Menciptakan lapangan kerja
  • Digunakan untuk langit-langit dan dinding partisi non-strukutral
Proses Pembuatan
Sekam padi direndam dalam air atau dapat langsung digiling, dicampur dengan semen,dicetak dengan alat manual. Proporsi campuran = 1 semen : 4 sekam padi atau maksimum 20%

SUMBER