Selasa, 26 Desember 2017

MATERIAL RAMAH LINGKUNGAN




Fakta akibat pemanasan global mendorong lahirnya berbagai inovasi produk industri terus berkembang dalam dunia arsitektur dan bahan bangunan. Konsep pembangunan arsitektur hijau menekankan peningkatan efisiensi dalam penggunaan air, energi, dan material bangunan, mulai dari desain, pembangunan, hingga pemeliharaan bangunan itu ke depan.
Desain rancang bangunan memerhatikan banyak bukaan untuk memaksimalkan sirkulasi udara dan cahaya alami. Sedikit mungkin menggunakan penerangan lampu dan pengondisi udara pada siang hari.
Penggunaan material bahan bangunan yang tepat berperan besar dalam menghasilkan bangunan berkualitas yang ramah lingkungan. Beberapa jenis bahan bangunan ada yang memiliki tingkat kualitas yang memengaruhi harga. Penetapan anggaran biaya sebaiknya sesuai dengan anggaran biaya yang tersedia dan dilakukan sejak awal perencanaan sebelum konstruksi untuk mengatur pengeluaran sehingga bangunan tetap berkualitas.
Pemanfaatan material bekas atau sisa untuk bahan renovasi bangunan juga dapat menghasilkan bangunan yang indah dan fungsional. Kusen, daun pintu atau jendela, kaca, teraso, hingga tangga dan pagar besi bekas masih bisa dirapikan, diberi sentuhan baru, dan dipakai ulang yang dapat memberikan suasana baru pada bangunan. Lebih murah dan tetap kuat.
Material ramah lingkungan memiliki kriteria sebagai berikut;
a. tidak beracun, sebelum maupun sesudah digunakan
b. dalam proses pembuatannya tidak memproduksi zat-zat berbahaya bagi lingkungan
c. dapat menghubungkan kita dengan alam, dalam arti kita makin dekat dengan alam karena kesan alami dari material tersebut (misalnya bata mengingatkan kita pada tanah, kayu pada pepohonan)
d. bisa didapatkan dengan mudah dan dekat (tidak memerlukan ongkos atau proses memindahkan yang besar, karena menghemat energi BBM untuk memindahkan material tersebut ke lokasi pembangunan)
e. bahan material yang dapat terurai dengan mudah secara alami
Material yang ramah lingkungan menurut kriteria diatas misalnya; batu bata, semen, batu alam, keramik lokal, kayu, dan sebagainya. Ramah lingkungan atau tidaknya material bisa diukur dari kriteria tersebut atau dari salah satu kriteria saja, seperti kayu yang makin sulit didapat, tapi bila dipakai dengan hemat dan benar bisa membuat kita merasa makin dekat dengan alam karena mengingatkan kita pada tumbuh-tumbuhan.
Berikut ini adalah beberapa contoh material ramah lingkungan beserta kelebihan dan kekurangannya :
1.     DINDING BATAKO PUTIH


Batako putih dibuat dari campuran tras, batu kapur, dan air. Campuran tersebut dicetak, lalu dibakar, tras merupakan jenis tanah berwarna putih / putih kecoklatan yang berasal dari pelapukan batu-batu gunung berapi.

Umumnya memiliki ukuran panjang 25 – 30 cm, tebal 8 – 10 cm, dan tinggi 14 – 18 cm,untuk dinding seluas 1 m2, kira-kira membutuhkan:
- Batako tras = 25 buah
- Semen = 0,215 sak
- Pasir ayak (pasir pasang) = 0,025 m3

Kelebihan dinding batako putih:
- Pemasangan relatif lebih cepat.
- Harga relatif murah.

Kekurangan dinding batako putih:
- Rapuh dan mudah pecah.
- Menyerap air sehingga dapat menyebabkan tembok lembab
- Dinding mudah retak.
- Penggunaan rangka beton pengaku relatif lebih banyak, antara 7,5 – 9 m2.

2.     BAMBU

Bambu merupakan bahan bangunan yang sudah digunakan di beberapa negara selama ribuan tahun. Hal yang paling menjanjikan dari bahan ini adalah kombinasi antara kekuatannya dalam menghadapi tekanan, berbobot ringan, dan sangat cepat tumbuh di alam. Bambu pada dasarnya merupakan tanaman rumput yang bisa tumbuh sangat tinggi. Pertumbuhannya yang cepat membuat bambu mudah diperoleh dan ditanam kembali.

Kelebihan bambu :
-       Harganya lebih murah
-       Bobotnya yang ringan
-       Bersifat elastis
-       Ramah lingkungan
-       Setara dengan baja
-       Tampilannya sangat alami

Kekurangan bamboo
-       Karakteristiknya tidak seragam
-       Detail sambungan yang rumit
-       Rentan terhadap rayap

3.     ALANG-ALANG

Atap alang-alang merupakan jenis bahan atau material bangunan yang sangat ramah lingkungan (enviroment friendly). Atap alang-alang merupakan atap dengan bahan alami rumput alang-alang.

Karakter alami inilah yang merupakan kelebihan atap alang-alang :
-       Tidak mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
-       Dapat terurai secara organis oleh alam. 
-       Pembuatan serta pemasangannya sangat sedikit menghabiskan bahan bakar fosil.
-       Proses produksinya tidak menghasilkan limbah (zero waste).
-       Bahan baku rumput alang-alang dapat dengan mudah tumbuh dimana saja, dan merupakan bahan yang dapat diperbaharui (renewable)

Kelebihan atap alang-alang :
-       Memberikan kesejukan di dalam bangunan.
-       Secara visual menciptakan kesan natural pada bangunan.
-       Dapat dikombinasikan atau disandingkan dengan material-material modern.
-       Berkarakter plastis sehingga mudah dibentuk menjadi berbagai jenis-bentuk atap.
-       Dapat diterapkan pada jenis bangunan apapun.
-       Teknik pemasangan dan konstruksi yang sederhana.

Kekurangan atap alang-alang :
-       Resiko mencegah kebakaran sangat kecil
-       Tidak tahan lama
-       Sering dimakan oleh burung
-       Sangat ringan sehingga tidak kuat menahan angina

SUMBER