Rabu, 30 Mei 2018

KONSERVASI ARSITEKTUR : MASJID CIPARI, GARUT, JAWA BARAT


MASJID CIPARI


Masjid Cipari merupakan salah satu bentuk bangunan dari periode Kolonial yang terletak di Kampung Cipari Desa Babakan Cipari Kecamatan Pangatikan Kabupaten Garut. Secara keseluruhan masjid terbuat dari beton dan pada bagian bawah masjid terbuat dari batu kali. Memiliki denah persegi panjang. Pada bagian belakang masjid (timur) terdapat sebuah menara yang menempel langsung dengan bangunan induknya. Masjid ini menggunakan atap berbentuk limasan pada bangunan induknya, sedangkan pada menara masjid menggunakan atap kubah.
Keunikan dari Masjid Cipari ini terletak pada bentuknya yang berbeda dari Masjid Jawa Kuno umumnya. Masjid Jawa kuno umumnya memiliki bentuk. Ciri-ciri tetap yang terdapat pada bangunan masjid adalah, Masjid itu memiliki bentuk dasar denah persegi; Tidak berdiri di atas tiang-tiang seperti langgar di Jawa, rumah tinggal di Indonesia yang kuno, tajug di daerah Sunda, dan bale di daerah Banten, tetapi berdiri diatas fondasi padat yang agak tinggi; mempunyai atap meruncing, yang terdiri dari 2 sampai 5 tingkat yang meruncing ke atas; Di sisi Barat atau Barat Laut ada bangunan menonjol untuk mihrab; Di bagian depan dan kadang-kadang di kedua sisinya, ada serambi yang terbuka atau tertutup; Halaman sekitar masjid dikelilingi oleh tembok dengan satu atau dua pintu gerbang. Sedangkan ciri khas bangunan masjid Jawa ialah bahwa masjid tersebut dibangun di sebelah Barat alun-alun, sebuah lapangan persegi. Salah satu dari enam ciri yang khas masjid Jawa adalah sebuah lapangan terbuka di sekeliling masjid yang dibatasi tembok, dengan pintu gebang di bagian depan. Temboknya selalu rendah, terkadang tidak lebih tinggi dari setengah meter, pada masjid baru pagar tembok biasanya diubah dengan menggunakan pagar besi atau batu.

LOKASI
               Masjid Cipari terletak di Kampung Babakan Cipari Desa Cipari Kecamatan Pangatikan Kabupaten Garut. Bangunan masjid tepatnya terletak di tengah-tengah pemukiman penduduk. Kampung Cipari berbatasan dengan daerah-daerah lainya yaitu, pada sisi Utara berbatasan dengan Kampung Pinggirsari dan Kampung Tegalkiang Kecamatan Sukawening, Sebelah Selatan berbatsana dengan Kampung Babakan Cipari dan Kampung Cileuwi Kecamatan Pangatikan, Sisi Barat berbatasan dengan Pasar Karangsari Kampung Cimaragas dan persawahan Kecamatan Pangatikan dan sisi Timur berbatasan dengan Persawahan dan makam Kecamatan Sukawening.

TAHUN DIBANGUN
               Masjid Cipari berdiri pada tahun 1936 dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda atas prakarsa K.H. Yusuf Taudziri, seorang ulama besar di daerah Garut. Didirikan oleh tokoh-tokoh Pesantren Cipari dan Syarikat Islam. Arsitek bangunan masjid ini adalah seorang Belanda yang tidak disebutkan namanya dan perancang bangunan ini adalah Ir. Abikoesno. Abikoesno merupakan salah satu anggota Syarikat Islam. Masjid ini didirikan sebagai pelengkap Pesantren Cipari yang sudah ada sejak 1895.

FUNGSI AWAL
Selain fungsi utamanya sebagai bangunan peribadatan, Masjid Cipari juga memiliki fungsi lainya. Masjid ini pernah dijadikan sebagai tempat pendidikan santri sebagai pejuang kemerdekaan. Masjid ini digunakan sebagai tempat berdirinya Partai Syarikat Islam (PSII) cabang Garut. Setelah berdirinya PSII masjid ini digunakan sebagai tempat latihan berperang dan pertahanan. Pada masa kemerdekaan, fungsi dari bangunan masjid ini digunakan sebagai basis latihan tentara pejuang. Pada zaman pembrontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) masjid ini dijadikan sebagai tempat perlindungan para pengungsi dan perawatan bagi pasukan yang terluka. Pada masa G30S/PKI masjid ini digunakan sebagai tempat perjuangan melawan PKI, pertahanan dan perlindungan dan dapur umum.

FUNGSI SAAT INI
Pada saat ini Masjid ini masih digunakan sebagaimana fungsi utamanya yaitu sebagai tempat peribadatan umat Muslim. Pada tahun 2015 Masjid ini dimasukkan kedalam paket wisata Kabupaten Garut oleh salah satu agen travel sebagai wisata rohani di Kabupaten Garut.

LANGGAM ART DECO
Melihat bentuk bangunan dari Masjid Cipari ini memang sangat mirip layaknya sebuah gereja.  Bentuk bangunannya  memanjang dengan pintu utama yang terletak  di tengah-tengah  muka bangunan dus keberadaan menaranya yang terletak di ujung bangunan  di atas pintu utama. Dari bentuk dan posisi menara dan pintu utama tersebut, bangunan ini memang menyerupai sebuah bentuk bangunan gereja.
Mengenai langgam Art Deco, belum ada catatan sejarah yang mengatakan mengapa masjid in mengadopsi langgam Art Deco untuk bangunannya. Langgam Art Deco pada masjid ini tampak dari pengolahan fasad bangunannya yang  berbentuk geometris. Arsitektur Art Deco yang dilahikan oleh sekelompok arsitek Amsterdam School dari Belanda ini memang memiliki memiliki ciri elemen dekoratif geometris yang tegas dan keras.
Pola-pola dekorasi geometris masjid yang berulang di atas material batu kali memperlihatkan dengan jelas langgam ini. Selain itu, garis horizontal yang halus pada sisi samping kanan maupun kiri juga mencirikan langgam yang sama. Bentuk menara dan atapnya yang menyerupai kubah dengan beberapa element dekorasi pada bagian samping maupun puncaknya juga mengingatkan pada langgam ini.
Menara masjid berketinggian lebih kurang 20 meter ini menarik perhatian bahkan seperti menjadi eye catcher pada bangunan masjid. Mungkin sekadar simbol untuk menandai bahwa bagunan ini bukan gereja melainkan masjid, maka diletakkanlah bulan sabit di ujung menara. Terdapat beberapa lantai pada interiornya, dengan lantai teratas merupakan ruangan sempit berlantai pelat baja yang dikelilingi semacam balkon kecil yang juga dari pelat baja.
Dalam ruangan bangunannya terdapat ruang mihrab berupa penampil yang menempel di dinding arah kiblat. Sementara, ruang shalatnya pun lebih mirip ruang kelas yang dapat dimasuki dari pintu di sebelah utara dan selatan atau dari pintu timur yang terletak di antara ruang naik tangga.

DENAH DAN TAMPAK

Siteplan Masjid Cipari


Denah Masjid Cipari
Denah pada Masjid Cipari berbentuk persegi panjang yang memanjang dari Barat ke Timur. Bangunan masjid memiliki ukuran 30x10m dengan ketinggian 8m yang keseluruhan berupa tembok beton. Ruang shalat, memiliki bentuk yang memanjang tanpa sekat atau pawestern sebagai pembatas antara ruang shalat pria dan wanita. Pada sisi Barat terdapat bangunan yang menjorok keluar yang digunakan sebagai mihrab. Masjid ini menggunakan fondasi masif yang mengelilinginya. Atap masjid ini tidak ditopang dengan tiang-tiang melainkan dengan tembok-tembok keliling yang tinggi dan tebal.


Masjid Cipari


Menara Masjid Cipari




Menara Masjid Cipari

 SUMBER :

https://nanopdf.com/download/unsur-unsur-arsitektur-kolonial-pada-masjid-cipari-garut_pdf


Jumat, 02 Februari 2018

GREEN CITY CONCEPT

Berdasarkan hasil penelitian dari IPCC (Intergovermental Panel on Climate Change) menggambarkan kondisi perubahan iklim yang terjadi saat ini, antara lain: a) Telah terjadi kenaikan suhu rata-rata sebesar 0,760C antara periode 1850-2005; b) 11 dari 12 tahun terakhir (1995-2007) merupakan tahun-tahun dengan rata-rata suhu terpanas sejak dilakukan pengukuran suhu pertama kali pada tahun 1850; c) Telah terjadi kenaikan permukaan air laut global rata-rata sebesar1,8mm/tahun antara 1961-2004; d) Polusi udara yang meningkat; e) Musim hujan yang tidak menentu; f) Telah terjadi kekeringan yang lebih intensif pada wilayah yang lebih luas sejak tahun 1970an, terutama didaerah tropis dan sub tropis.

Wildsmith (2009) menyatakan bahwa kota hijau (green city) adalah sebuah kota dengan kondisi ekosistem berkeseimbangan sehingga fungsi dan manfaatnya berkelanjutan. Kota Hijau merupakan respon terhadap isu perubahan iklim melalui tindakan adaptasi dan mitigasi. Dalam pengembangan Kota Hijau juga dimaksudkan pembangunan manusia kota yang berinisiatif dan bekerjasama dalam melakukan perubahan dan gerakan bersama seluruh unsur pemangku kepentingan kota.
Perwujudan kota hijau di jabarkan dalam delapan atribut kota hijau yang meliputi : (1) perencanaan dan perancangan kota yang ramah lingkungan (Green Planning and Design), (2) ketersediaan ruang terbuka hijau (Green Open Space), (3) konsumsi energi yang efisien (Green Energi), (4) pengelolaan air yang efektif (Green Water), (5) pengelolaan limbah dengan prinsip 3R (Green Waste), (6) bangunan hemat energi atau bangunan hijau (Green Building), (7) penerapan sistem transportasi yang berkelanjutan (Green Transportation), dan (8) peningkatan peran masyarakat sebagai komunitas hijau (Green Community).
Berikut ini beberapa pengertian Kota Hijau:
Kota yang Ramah Lingkungan dengan memanfaatkan secara efektif dan efisien sumberdaya air dan energy, mengurangi limbah, menerapkan system transportasi terpadu, menjamin kesehatan lingkungan, mensinergikan lingkungan alami dan buatan, berdasarkan perencanaan dan perancangan kota yang berpihak pada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. (diadaptasi dari www.unep.org/wed).
Pada jurnal ini penulis mengambil wilayah studi di Kota Bandung tepatnya di kecamatan Bandung Wetan dengan melakukan penelitan mengenai Peningkatan Kualitas Empat Atribut Green City. Empat atribut yang dimaksud adalah green open space, green transportation, green community, dan green waste.  
Untuk aspek green open space pada Kecamatan Bandung Wetan sendiri sekitar 13% dari luas lahan Kecamatan Bandung Wetan. Kemudian untuk aspek green transportation pada Kecamatan Bandung Wetan terdiri atas total 5.220m jalur hijau. Untuk aspek green community pada Kecamatan Bandung Wetan terdiri atas sekitar 8 kelompok yang bergerak pada kelestarian lingkungan. Untuk aspek green waste pada Kecamatan Bandung Wetan merupakan kegiatan yang menerapkan prinsip-prinsip 3R yang sudah berjalan di Kelurahan Tamansari.
Setelah melakukan analisis mengenai Green City pada Kecamatan Bandung Wetan diketahui bahwa untuk mencapai tujuan Green City masyarakat harus bekerja bersama untuk melakukan program-program yang sudah ditetapkan. Program-program yang utama adalah dengan penanaman pohon pada RTH guna menciptakan Green City. Penanaman pohon dilakukan untuk meredam kebisingan pada jalur kebisingan, melakukan kegiatan 3R pada setiap kelurahan, melakukan pengelolaan sampah dengan benar, dan lain sebagainya.

Artikel ini merupakan rangkuman penulis dari jurnal tentang Green City