MASJID CIPARI
Masjid Cipari merupakan salah satu bentuk
bangunan dari periode Kolonial yang terletak di Kampung Cipari Desa Babakan
Cipari Kecamatan Pangatikan Kabupaten Garut. Secara keseluruhan masjid terbuat
dari beton dan pada bagian bawah masjid terbuat dari batu kali. Memiliki denah
persegi panjang. Pada bagian belakang masjid (timur) terdapat sebuah menara
yang menempel langsung dengan bangunan induknya. Masjid ini menggunakan atap
berbentuk limasan pada bangunan induknya, sedangkan
pada menara masjid menggunakan atap kubah.
Keunikan dari Masjid Cipari ini terletak
pada bentuknya yang berbeda dari Masjid Jawa Kuno umumnya. Masjid Jawa kuno
umumnya memiliki bentuk. Ciri-ciri tetap yang terdapat pada bangunan masjid
adalah, Masjid itu memiliki bentuk dasar denah persegi; Tidak berdiri di atas
tiang-tiang seperti langgar di Jawa, rumah tinggal di Indonesia yang kuno,
tajug di daerah Sunda, dan bale di daerah Banten, tetapi berdiri diatas fondasi
padat yang agak tinggi; mempunyai atap meruncing, yang terdiri dari 2 sampai 5
tingkat yang meruncing ke atas; Di sisi Barat atau Barat Laut ada bangunan
menonjol untuk mihrab; Di bagian depan dan kadang-kadang di kedua sisinya, ada
serambi yang terbuka atau tertutup; Halaman sekitar masjid dikelilingi oleh
tembok dengan satu atau dua pintu gerbang. Sedangkan ciri khas bangunan masjid
Jawa ialah bahwa masjid tersebut dibangun di sebelah Barat alun-alun, sebuah
lapangan persegi. Salah satu dari enam ciri yang khas masjid Jawa adalah sebuah
lapangan terbuka di sekeliling masjid yang dibatasi tembok, dengan pintu gebang
di bagian depan. Temboknya selalu rendah, terkadang tidak lebih tinggi dari
setengah meter, pada masjid baru pagar tembok biasanya diubah dengan
menggunakan pagar besi atau batu.
LOKASI
Masjid Cipari terletak di Kampung
Babakan Cipari Desa Cipari Kecamatan Pangatikan Kabupaten Garut. Bangunan masjid
tepatnya terletak di tengah-tengah pemukiman penduduk. Kampung Cipari
berbatasan dengan daerah-daerah lainya yaitu, pada sisi Utara berbatasan dengan
Kampung Pinggirsari dan Kampung Tegalkiang Kecamatan Sukawening, Sebelah
Selatan berbatsana dengan Kampung Babakan Cipari dan Kampung Cileuwi Kecamatan
Pangatikan, Sisi Barat berbatasan dengan Pasar Karangsari Kampung Cimaragas dan
persawahan Kecamatan Pangatikan dan sisi Timur berbatasan dengan Persawahan dan
makam Kecamatan Sukawening.
TAHUN DIBANGUN
Masjid Cipari berdiri
pada tahun 1936 dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda atas prakarsa K.H.
Yusuf Taudziri, seorang ulama besar di daerah Garut. Didirikan oleh tokoh-tokoh
Pesantren Cipari dan Syarikat Islam. Arsitek bangunan masjid ini adalah seorang
Belanda yang tidak disebutkan
namanya dan perancang bangunan ini adalah Ir. Abikoesno. Abikoesno merupakan
salah satu anggota Syarikat Islam. Masjid ini didirikan sebagai pelengkap
Pesantren Cipari yang sudah ada sejak 1895.
FUNGSI AWAL
Selain fungsi
utamanya sebagai bangunan peribadatan, Masjid Cipari juga memiliki fungsi
lainya. Masjid ini pernah dijadikan sebagai tempat pendidikan santri sebagai
pejuang kemerdekaan. Masjid ini digunakan sebagai tempat berdirinya Partai
Syarikat Islam (PSII) cabang Garut. Setelah berdirinya PSII masjid ini
digunakan sebagai tempat latihan berperang dan pertahanan. Pada masa
kemerdekaan, fungsi dari bangunan masjid ini digunakan sebagai basis latihan
tentara pejuang. Pada zaman pembrontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII)
masjid ini dijadikan sebagai tempat perlindungan para pengungsi dan perawatan
bagi pasukan yang terluka. Pada masa G30S/PKI masjid ini digunakan sebagai
tempat perjuangan melawan PKI, pertahanan dan perlindungan dan dapur umum.
FUNGSI SAAT INI
Pada saat ini Masjid
ini masih digunakan sebagaimana fungsi utamanya yaitu sebagai tempat
peribadatan umat Muslim. Pada tahun 2015 Masjid ini dimasukkan kedalam paket
wisata Kabupaten Garut oleh salah satu agen travel sebagai wisata rohani di
Kabupaten Garut.
LANGGAM ART DECO
Melihat
bentuk bangunan dari Masjid Cipari ini memang sangat mirip layaknya sebuah
gereja. Bentuk bangunannya memanjang dengan pintu utama yang
terletak di tengah-tengah muka bangunan dus keberadaan menaranya
yang terletak di ujung bangunan di atas pintu utama. Dari bentuk dan
posisi menara dan pintu utama tersebut, bangunan ini memang menyerupai sebuah
bentuk bangunan gereja.
Mengenai
langgam Art Deco, belum ada catatan sejarah yang mengatakan mengapa masjid in
mengadopsi langgam Art Deco untuk bangunannya. Langgam Art Deco pada masjid ini
tampak dari pengolahan fasad bangunannya yang berbentuk geometris.
Arsitektur Art Deco yang dilahikan oleh sekelompok arsitek Amsterdam School
dari Belanda ini memang memiliki memiliki ciri elemen dekoratif geometris yang
tegas dan keras.
Pola-pola
dekorasi geometris masjid yang berulang di atas material batu kali
memperlihatkan dengan jelas langgam ini. Selain itu, garis horizontal yang
halus pada sisi samping kanan maupun kiri juga mencirikan langgam yang sama.
Bentuk menara dan atapnya yang menyerupai kubah dengan beberapa element
dekorasi pada bagian samping maupun puncaknya juga mengingatkan pada langgam
ini.
Menara masjid
berketinggian lebih kurang 20 meter ini menarik perhatian bahkan seperti
menjadi eye catcher pada bangunan masjid. Mungkin sekadar simbol untuk menandai
bahwa bagunan ini bukan gereja melainkan masjid, maka diletakkanlah bulan sabit
di ujung menara. Terdapat beberapa lantai pada interiornya, dengan lantai
teratas merupakan ruangan sempit berlantai pelat baja yang dikelilingi semacam
balkon kecil yang juga dari pelat baja.
Dalam ruangan
bangunannya terdapat ruang mihrab berupa penampil yang menempel di dinding arah
kiblat. Sementara, ruang shalatnya pun lebih mirip ruang kelas yang dapat
dimasuki dari pintu di sebelah utara dan selatan atau dari pintu timur yang
terletak di antara ruang naik tangga.
DENAH DAN TAMPAK
Siteplan
Masjid Cipari
Denah
Masjid Cipari
Denah pada Masjid Cipari berbentuk
persegi panjang yang memanjang dari Barat ke Timur. Bangunan masjid memiliki
ukuran 30x10m dengan ketinggian 8m yang keseluruhan berupa tembok beton. Ruang
shalat, memiliki bentuk yang memanjang tanpa sekat atau pawestern sebagai
pembatas antara ruang shalat pria dan wanita. Pada sisi Barat terdapat bangunan
yang menjorok keluar yang digunakan sebagai mihrab. Masjid ini menggunakan
fondasi masif yang mengelilinginya. Atap masjid ini tidak ditopang dengan
tiang-tiang melainkan dengan tembok-tembok keliling yang tinggi dan tebal.
Masjid Cipari
Menara
Masjid Cipari
Menara
Masjid Cipari
SUMBER :
https://nanopdf.com/download/unsur-unsur-arsitektur-kolonial-pada-masjid-cipari-garut_pdf