Arsitektur
hijau atau yang dikenal secara global dengan sebutan green architecture merupakan salah satu aliran arsitektur yang
berfokus pada arsitektur yang ramah lingkungan. Beberapa poin pentingnya seperti
meminimalisasi konsumsi sumber daya alam, efisiensi energi, penggunaan air yang
bijak dan berkelanjutan, dan material non polusi serta daur ulang.
Arsitektur
hijau juga merupakan suatu pendekatan perencanaan pembangunan yang bertujuan
untuk meminimalisasi kerusakan alam dan lingkungan di tempat bangunan itu
berdiri.
Dalam
istilah arsitektur hijau kemudian berkembang berbagai istilah penting seperti
pembangunan yang berkelanjutan atau yang dikenal dengan sustainable
development. Istilah ini dipopulerkan
pada tahun 1987 sebagai pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan orang-orang
masa kini tanpa harus mengorbankan sumber daya alam yang harus diwariskan
kepada generasi mendatang. Hal ini diucapkan oleh Perdana Menteri Norwegia Bruntland.
Prinsip-prinsip Green Architecture ( menurut Brenda dan Robert Vale)
1. Conserving Energy (Hemat
Energi)
Sungguh sangat ideal
apabila menjalankan secara operasional suatu bangunan dengan sedikit mungkin menggunakan
sumber energi yang langka atau membutuhkan waktu yang lama untuk
menghasilkannya kembali. Solusi yang dapat mengatasinya adalah desain bangunan harus mampu memodifikasi iklim dan dibuat
beradaptasi dengan lingkungan bukan merubah lingkungan yang sudah ada. Lebih
jelasnya dengan memanfaatkan potensi matahari sebagai sumber energi. Cara
mendesain bangunan agar hemat energi, antara lain:
1. Bangunan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan
pencahayaan dan menghemat energi listrik.
2. Memanfaatkan energi matahari yang terpancar dalam bentuk energi
thermal sebagai sumber listrik dengan menggunakan alat Photovoltaicyang
diletakkan di atas atap. Sedangkan atap dibuat miring dari atas ke bawah menuju
dinding timur-barat atau sejalur dengan arah peredaran matahari untuk
mendapatkan sinar matahari yang maksimal.
3. Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang intensitasnya
rendah. Selain itu juga menggunakan alat kontrol penguranganintensitas lampu
otomatis sehingga lampu hanya memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan
sampai tingkat terang tertentu.
4. Menggunakan Sunscreen pada jendela yang secara
otomatis dapat mengatur intensitas cahaya dan energi panas yang berlebihan
masuk ke dalam ruangan.
5. Mengecat interior bangunan dengan warna cerah
tapi tidak menyilaukan, yang bertujuan untuk meningkatkan intensitas cahaya.
6. Bangunan tidak menggunkan pemanas buatan,
semua pemanas dihasilkan oleh penghuni dan cahaya matahari yang masuk melalui
lubang ventilasi.
7. Meminimalkan penggunaan energi untuk alat
pendingin (AC) dan lift.
2. Working with Climate (Memanfaatkan
kondisi dan sumber energi alami)
Melalui
pendekatan green architecture bangunan beradaptasi
dengan lingkungannya. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kondisi alam, iklim
dan lingkungannya sekitar ke dalam bentuk serta pengoperasian bangunan,
misalnya dengan cara:
1. Orientasi bangunan terhadap sinar matahari.
2. Menggunakan sistem air pump dan cros
ventilation untuk mendistribusikan udara yang bersih dan sejuk ke dalam
ruangan.
3. Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur
iklim. Misalnya dengan membuat kolam air di sekitar bangunan.
4. Menggunakan jendela dan atap yang sebagian
bisa dibuka dan ditutup untuk mendapatkan cahaya dan penghawaan yang sesuai
kebutuhan.
3. Respect for Site (Menanggapi
keadaan tapak pada bangunan)
Perencanaan
mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. Hal ini dimaksudkan
keberadan bangunan baik dari segi konstruksi, bentuk dan pengoperasiannya tidak
merusak lingkungan sekitar, dengan cara sebagai berikut.
1. Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat
desain yang mengikuti bentuk tapak yang ada.
2. Luas permukaan dasar bangunan yang kecil,
yaitu pertimbangan mendesain bangunan secara vertikal.
3. Menggunakan material lokal dan material yang
tidak merusak lingkungan.
4. Respect for User (Memperhatikan
pengguna bangunan)
Antara pemakai dan green architecture mempunyai
keterkaitan yang sangat erat. Kebutuhan akan green architecture harus
memperhatikan kondisi pemakai yang didirikan di dalam perencanaan dan
pengoperasiannya.
5. Limitting New Resources (Meminimalkan
Sumber Daya Baru)
Suatu bangunan
seharusnya dirancang mengoptimalkan material yang ada dengan meminimalkan
penggunaan material baru, dimana pada akhir umur bangunan dapat digunakan
kembali unutk membentuk tatanan arsitektur lainnya.
6 Holistic
Memiliki
pengertian mendesain bangunan dengan menerapkan 5 poin di atas menjadi satu
dalam proses perancangan. Prinsip-prinsip green architecture pada dasarnya
tidak dapat dipisahkan, karena saling berhubungan satu sama lain.
Tentu
secara parsial akan lebih mudah menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Oleh
karena itu, sebanyak mungkin dapat mengaplikasikan green architecture yang ada
secara keseluruhan sesuai potensi yang ada di dalam site.
CONTOH PENERAPAN GREEN ARCHITECTURE
1.
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS INDONESIA
Lokasi : Universitas Indonesia
Luas bangunan : 30.000m2 atau 3 hektar
Jumlah lantai : 8 lantai
Luas bangunan : 30.000m2 atau 3 hektar
Jumlah lantai : 8 lantai
Proyek ini merupakan pengembangan dari perpustakaan pusat yang dibangun pada tahun
1986-1987,
didanai oleh pemerintah dan industri dengan anggaran sekitar Rp100 miliar, yang
dibangun diarea seluas 3 hektar dengan 8 lantai, yang dirancang berdiri di atas
lanskap bukit buatan dan terletak di depan Danau Kenanga yang ditumbuhi
pepohonan besar berusia 30 tahun akan menambah keindahan bagi perpustakaan
tersebut sehingga akan tercipta suasana yang lebih nyaman.
Bangunan perpustakaan yang akan menjadi iconic atau
landmark ini, mempunyai konsep sustanable building yang ramah lingkungan (eco
friendly), bahwa kebutuhan energi menggunakan sumber energi terbarukan, yakni
energi matahari (solar energy), maka nantinya di dalam gedung tidak
diperbolehkan menggunakan plastik dalam bentuk apa pun. Nanti semua kebutuhan
plastik akan diganti dengan kertas atau bahan lain. Bangunan ini juga didesain
bebas asap rokok, hemat listrik, air dan kertas.
Perpustakaan ini mampu menampung sekitar 10.000 orang
pengunjung dalam waktu bersamaan atau sekitar 20.000 orang per hari. Koleksi
buku di dalamnya akan menampung 3-5 juta judul buku.
· Model bangunan menghadirkan bangunan
masa depan dengan mengambil sisi danau sebagai orientasi perancangan.
Penggunaan bukit buatan sebagai potensi pemanfaatan atap untuk fungsi
penghijauan. Sedangkan pencahayaan alam dilakukan melalui beberapa skylight.
· Di balik gundukan rerumputan hijau
terdapat 5 bangunan tinggi yang menjulang hingga beberapa ratus meter berisikan
ruangan-ruangan kosong yang disiapkan sebagai ruang utama perpustakaan UI.
· Di punggung bukit bangunan di timbun
tanah dan ditanami rerumputan yang berguna sebagai pendingin suhu ruangan yang
ada didalamnya, hingga dapat mereduksi fungsi alat pendingin udara sampai 15
persen.
· Di antara punggung rerumputan itu
terdapat jaringan-jaringan selokan yang di sampingnya terdapat kaca tebal
bening selebar 50 sentimeter. Selokan itu untuk mengalirkan air hujan ke tanah
resapan, sedangkan fungsi kaca sebagai sistem pencahayaan.
· Interior bangunannya didesain terbuka dan menyambung antara
satu ruang dan ruang yang lain melalui sistem void. Dengan begitu, penggunaan
sirkulasi udara alam menjadi maksimal.
· Penggunaan energi matahari dilakukan
melalui solar cell yang dipasang di atap bangunan.
· Guna memenuhi standar ramah
lingkungan, bangunan juga dilengkapi sistem pengolahan limbah. Karena itu, air
buangan toilet dapat digunakan untuk menyiram di punggung bangunan. Dengan
diproses terlebih dahulu melalui pengolahan limbah atau sewage treatment plant
(STP).
·
Bahan bangunan dari batuan ini (batu alam andesit
untuk eksterior dan batu paliman palemo untuk interior) bersifat bebas
pemeliharaan (maintenance free) dan tidak perlu dicat. Batuan ini diperoleh dari
Sukabumi. Untuk melengkapi desain ramah lingkungan, sejumlah pohon besar
berusia 30 tahunan berdiameter lebih dari 100 sentimeter sengaja tidak ditebang
saat pembangunan gedung itu. Keindahan menjadi lengkap karena gedung itu
mengeksplorasi secara maksimal keindahan tepi danau yang asri, sejuk, dan,
teduh.
2. GEDUNG NEW MEDIA TOWER UNIVERSITAS
MULTIMEDIA NUSANTARA
Gedung New Media Tower, yang
merupakan gedung terbaru Universitas Multimedia Nusantara, dirancang sebagai
gedung hemat energi dengan menerapkan berbagai teknologi yang memungkinkan
untuk melakukan penghematan energi dengan memanfaatkan udara alami semaksimal
mungkin tanpa mengurangi kenyamanan.
· Luas bangunan Gedung NMT ini sekitar 32 ribu meter persegi.
Sedangkan luas total seluruh lahan yang dimiliki UMN adalah 8 hektar, dengan
pemanfaatan 40 persen, atau 2,4 hektar terbangun.
· Penggunaan teknologi double skin, yang terbuat
dari plat aluminium berlubang, memungkinkan untuk mengontrol intensitas cahaya
dan panas matahari yang masuk kedalam ruangan sehingga ruangan cukup dingin dan
terang. Alhasil, penggunaan pendingin udara bisa dikurangi sehingga bisa
menghemat energi listrik. Seperti diketahui bahwa pendingin udara mengkonsumsi
energi listrik terbesar pada setiap gedung.
· Lubang-lubang tersebut juga berfungsi untuk sirkulasi udara
sehingga koridor gedung tidak perlu menggunakan pendingin tetapi masih cukup
nyaman. Di lantai bawah yang digunakan sebagai kantin dan area pertemuan
mahasiswa dibuat dengan konsep terbuka menggunakan udara alami.
· Selain itu, gedung ini juga memaksimalkan konservasi air
dengan mendaur ulang air limbah untuk digunakan kembali dan menangkap air hujan
sehingga tidak terbuang.
· Gedung yang menggunakan lapis luar berupa aluminium yang
diberi lubang-lubang, sudah pasti air hujan akan masuk sehingga membuat sisi
pinggir koridor menjadi basah. Tetapi, ini adalah suatu hal yang normal, bahkan
sudah dibuatkan saluran air untuk pembuangannya secara cermat.
SUMBER
: